12 Mar 2011

Tweet...Tweet...n Tweet


Kebanyakan dari kita baru mengenal layanan microblogging paling lama satu tahun. Di antara sekian banyak layanan tersebut, Twitter adalah de-facto microblogging utama. Twitter digunakan oleh pejabat negara — seperti Barack Obama, selebritis, so-called selebritis, media, corporates, hingga kita-kita.
Secara umum, menggunakan Twitter itu tidak susah. Kita cukup nge-tweet (berkicau) terhadap sesuatu hal yang menurut kita menarik. Fitur umum yang ada dari Twitter adalah menulis status, @replies/mentions, dan direct message (DM). Contohnya adalah sebagai berikut:
ChaChA_kiE: mam nasi goreng (status)

NickY_SuRya: @ChaChA_kiE nasi goreng pake apa hun? (replies)

ChaChA_kiE: @NickY_SuRya pake telor dadar dan ayam goreng hun (replies)
NickY_SuRya: sedang menikmati weekend yang menyenangkan dengan @NickY_SuRya dan @ChaChA_kiE , just the two of us :D (mentions)

ChaChA_kiE: @NickY_SuRya I’m having great time with u sayangku.. :) (Direct Message)
Simpel bukan? Nah, setelah API Twitter dibuka, yang memungkinkan adanya third party client untuk mengakses Twitter — seperti di PC, Mac, BlackBerry, atau iPhone — muncul satu fitur baru yang sebenarnya tidak secara resmi dikeluarkan oleh Twitter. Fitur ini adalah ReTweet, biasa disingkat RT.
RT ini semacam fitur Forward di email. Sebagaimana nature-nya Forward, yang kita lakukan adalah “meneruskan” suatu tweet yang dianggap menarik, dengan kadang-kadang menyelipkan opini pribadi. Bentuk umum ReTweet adalah “RT @.. <tweet>”, tapi bisa juga dimodifikasi menjadi “<tweet> (via @..)”. Contohnya sebagai berikut:
NickY_SuRya: ada restoran baru di Padang.. (status)

ChaChA_kiEIngin berkunjung secepatnya RT @NickY_SuRya: ada restoran baru di Padang.. (RT)

ChaChA_kiEada restoran baru di Padang.. (via @NickY_SuRya)(RT)
Sebenarnya mengikuti “aturan” ini simpel. Masalahnya, banyak orang — sayangnya kebanyakan orang Indonesia — yang baru ikutan Twitter dan merasa bahwa RT itu “lebih cocok” digunakan sebagai ReplyTo. Padahal bukan itu tujuan awalnya. Walhasil, tweet pun rasanya makin ribet karena terlalu banyak informasi di dalamnya. Coba saya contohkan dengan contoh yang ada di awal:
ChaChA_kiE: lagi mam nasi goreng


NickY_SuRya: di mana hun? RT @ChaChA_kiE: lagi mam nasi goreng
Biasanya, alasan terhadap penyalahgunaan seperti ini adalah yang bersangkutan bisa kehilangan informasi tentang topik atau bahasan yang mana yang dibicarakan. Bandingkan jika tweet-nya hanya seperti ini:
NickY_SuRya: @ChaChA_kiE di mana?
Kemungkinan @ChaChA_kiE bingung terhadap pertanyaan @NickY_SuRya cukup besar karena tidak mengerti maksud pertanyaannya. Nah, salah satu “cara” supaya pengguna Twitter tidak kehilangan jejak pembicaraan adalah menggunakan “re:<topik>”, persis seperti apa yang dilakukan dalam pembicaraan email. Contohnya sebagai berikut:
NickY_SuRya: @ChaChA_kiE  di mana? re:nasi goreng
Sesuai contoh di atas, @ChaChA_kiE seharusnya tidak akan bingung karena topik pembicaraan ini adalah tentang nasi goreng. Jika Anda peduli pada “penggunaan Twitter yang baik dan benar” dan Anda merasa melakukan kesalahan dalam penggunaannya, silakan perbaiki kebiasaan ini :cool: